BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Bunuh
diri (suicide) adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri, dan dapat
mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respon maladaptif. Bunuh diri
merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi (Keliat AB, 1991: 1)
Bunuh diri
adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengahiri hidupnya sendiri dalam
waktu singkat. Selama tahun 1950 sampai dengan 1988 rata – rata bunuh diri pada
remaja yaitu usia antara 15 dan 19 tahun (Khaidirmuhaj, 2008).
Usaha
bunuh diri adalah tindakan yang merupakan bagian dari depresi (kehilangan orang
yang dicintai, kehilangan integritas tubuh atau status, gambaran diri buruk)
dan dapat dipandang sebagi tangisan minta pertolongan dan intervensi (Smletzer
Suzanne, 2001 : 2500)
B.
Etiologi
Penyebab
terjadinya perilaku bunuh diri menurut Cook dan Fontaine (1987) dalam buku
Keliat AB (1991 : 6-7), menerangkan penyebab bunuh diri dari masing-masing
golongan umur :
1. Penyebab
bunuh diri pada anak
Pelarian dari
penganiayaan atau perkosaan, situasi keluarga yang kacau, perasaan tidak
disayang atau selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina di sekolah,
kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain.
2. Penyebab
bunuh diri pada remaja
Hubungan interpersonal
yang tidak bermakna, sulit mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dari
penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak dimengerti orang lain,
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan fisik, masalah dengan orang tua,
masalah seksual, depresi. Selain itu dapat juga disebabkan oleh kurangnya
sistem pendukung dan melihat diri sebagai orang yang secara total tidak
berdaya. (Khaidirmuhaj, 2008)
3. Penyebab
bunuh diri pada mahasiswa
Self-ideal terlalu
yinggi, cemas akan tugas akademik yang banyak, kegagalan akademik berarti kehilangan
penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi untuk sukses.
4. Penyebab
bunuh diri pada usia lanjut
Perubahan status dari
mandiri menjadi ketergantungan dengan orang lain, penyakit yang menurunkan
kemampuan berfungsi seperti waktu muda, perasaan tidak berarti di masyarakat,
kesepian dan isolasi social, kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan,
pasangan, dll), sumber hidup berkurang.
Sedangkan
menurut Khaidirmuhaj, 2008. Secara garis besar
penyebab dari perilaku bunuh diri dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor
Genetik
Faktor genetik
mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu
adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi
terjadinya resiko bunuh diri.
2. Teori
Sosiologi
Emile Durkheim membagi
suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada
kelompok social), atruistik (melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan
anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan
beradaptasi dengan stressor).
3. Sigmund
Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah
yang diarahkan pada diri sendiri.
4. Penyebab
lain
a. Adanya
harapan dan fantasi akan sesuatu
b. Merupakan
jalan untuk mengakhiri keputusan dan ketidakberdayaan atau keputusasaan.
c. Sebuah
tindakan untuk menyelamatkan harga diri dan mencari kehidupan yang lebih baik.
C.
Faktor
Presipitasi
seseorang
melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1. Perasaan
terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan
beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress.
3. Perasaan
marah/bermusuhan, bunh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
4. Cara
untuk mengakhiri keputusan.
D.
Rentang
Respon Bunuh Diri
Menurut
Stuart, Gail W. 2006 : 227, perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Suicidal
ideation
Pada
tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang
digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak
akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat
perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan
untuk mati.
2.
Suicidal
intent
Pada
tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit
untuk melakukan bunuh diri.
3.
Suicidal
threat
Pada tahap ini klien
mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam bahkan ancaman untuk
mengakhiri hidupnya.
4.
Suicidal
gesture
Pada
tahap ini klien menunjukkan parilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada
percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini
pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat
pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami
ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini
masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin diselamatkan, dan individu ini sedang
mengalami konflik mental. Tahap ini sering dinamakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress
yang tidak mampu diselesaikan.
5.
Suicidal
attempt
Pada
tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati
dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan. Walaupun
demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
RENTANG
RESPON
Respon adaptif respon maladaptive
Peningkatan pengambilan
resiko perilaku destruktif pencederaan bunuh
diri
yang meningkatkan diri tidak langsung diri diri
pertumbuhan
(Stuart,
Gail W. 2006)
E.
Mitos Bunuh Diri
Menurut Keliat BA. 1991 : 7, banyak
pernyataan yang salah tentang bunuh diri (mitos bunuh diri), yang harus
diketahui perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
perilaku bunuh diri adalah sebagai berikut :
1. Ancaman
bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu dianggap
serius. Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.
2. Bunuh
diri tidak memberikan tanda. Delapan dari sepuluh individu memberi tanda secara
verbal atau perilaku sebelum melakukan percobaan bunuh diri.
3. Berbahaya
membicarakan pikiran bunuh diri pada klien. Hal yang paling penting dalam
perencanaan asuhan keperawatan adalah pengkajian yang akurat tentang rencana
bunuh diri klien.
F.
Proses
Terjadinya Masalah
Bunuh
diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk mengakhiri
kehidupan. Individu secara sadar berkeinginan untuk mati sehingga melakukan
tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Perilaku bunuh diri disebabkan karena
individu mempunyai koping tidak adaptif akibat dari gangguan konsep diri :
harga diri rendah. Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis
bunuh diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang
muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan
yang mengakibatkan kematian, perlukaan atau nyeri pada diri sendiri. (Keliat
BA. 1991 : 8)
G.
Pohon
Masalah
Membahayakan diri sendiri/ bunuh diri
|
||||
Koping individu yang mal-adaptif
Keterangan
:
1.
Causa : koping individu yang maladaptif
2.
Core problem : harga diri rendah
3.
Efek
: membahayakan diri sendiri/ bunuh diri
(Keliat,
AB, 1991)
H.
Resiko
Bunuh Diri
Menurut Rastrania (2009), sebagai perawat
perlu mempertimbangkan pasien memiliki resiko apabila menunjukkan perilaku
sebagai berikut :
1. Menyatakan
pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
2. Memiliki
riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.
3. Memiliki
keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
4. Mengalami
depresi, cemas dan perasaan putus asa.
5. Memiliki
gangguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental.
6. Mengalami
penyalahgunaan NAPZA terutama alkohol.
7. Menderita
penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik.
8. Menunjukkan
impulsivitas dan agresif.
9. Sedang
mengalami kehilangan yang cukup signifikan atau kehilangan yang bertubi-tubi
dan secara bersamaan.
10. Mempunyai
akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol, obat, racun.
11. Merasa
ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan pengobatan.
12. Merasa
kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
I.
Penatalaksanaan
Kedaruratan
Menurut Smletzer, Suzanne. 2001 : 2501,
penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan perilaku bunuh diri adalah
sebagai berikut :
1. Atasi
akibat dari usaha bunuh diri (misal : luka tembak, konsumsi obat dengan dosis
tinggi, dll)
2. Cegah
mencederai diri lebih lanjut. Pasien yang telah melakukan usaha bunuh diri
mungkin melakukannya lagi.
3. Lakukan
intervensi krisis (suatu bentuk psikoterapi singkat) untuk menentukan potensi
bunuh diri, temukan area depresi dan konflik, dapatkan dukungan sistem untuk
pasien dan tentukan apakah dibutuhkan perawatan atau rujukan psikiatri.
Atur agar pasien dapat masuk ke unit perawatan
intensif bila kondisi menuntutnya, atur untuk perawatan lebih lanjut atau bawa
ke unit psikiatrik bergantung pada potensi bunuh diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar