Kamis, 24 Mei 2012

Waham


BAB I
TINJAUAN TEORI


A.    Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. ( Budi Anna, Keliat, 1991 )
Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas social. ( Gail W. Stuart, 2007 )
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta keyakinan tersebut mungkin “aneh”. Misalnya : “ Mata saya adalah computer yang dapat mengontrol dunia “  atau bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, missal “ FBI mengikuti saya” dan tetap dipertahankan meskipun telah diperllihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. ( Achir Yani, 2006 )

B.     Etiologi
Menurut Gun ( 2008 ), etiologi dari gangguan jiwa waham adalah :
1.      Factor predisposisi
a.       Genetis                  : Diturunkan adanya abnormalis perkembangan
system saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang mal adaptif.
b.      Neurobiologist      : Adanya gangguan pada korteks pre frontal
c.       Neurotransmitter   : Abnormalitas pada dopamine serotonin dan
  glutamat
d.      Virus paparan        : Virus influenza pada trimester III
e.       Psikologis              : ibu cemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli


2.      Factor presipitasi
a.       Proses pengolahan informasi yang berlebihan.
b.      Adanya gejala yang memicu.
c.       Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

C.    Klasifikasi Perilaku Waham
Menurut Achir Yani Shamid ( 2000 ), perilaku waham meliputi:
1.      Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak dengan kenyataan.
Contog : “ Saya ini didepartemen kesehatan loh “ atau “ saya punya tambang emas”.
2.      Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok berusaha merugikan/mencederai dirinya, di ucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai.
Contoh : “ saya tahu….. seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
3.      Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ kalau saya mau masuk surge, saya harus menggunakan pikiran putih setiap hari”.
4.      Waham Somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/ terserang penyakit, di ucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ saya sakit kanker” setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.


5.      Waham Nihilistis
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal, di ucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.

D.    Rentang Respon Waham
Berikut adalah rentang respon Waham menurut David ( 2003 ) :

 Respon Adaptif                                                    Respon Maladaptif


 


Pikiran logis                         Distorsi pikira          Gangguan pikiran/waham


Ilusi
Reaksi emosi berlebihan/kurang
Perilaku aneh/tdk biasa
Menarik diri

 
 
Sulit berespon emosi
Perilaku kacau
Isolasi sosial

 
Emosi konsisten                ilusi
dg pengalaman
Perilaku sesuai
Berhubungan sosial



E.     Kategori Waham
Menurut David ( 2003 ) waham dikategorikan menjadi 2 yakni :
1.      Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin  terjadi walaupun hanya secara  teoritis.
2.      Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan  teoritis tidak mungkin.

F.     Mekanisme Koping
Menurut Hernawati ( 2008 ), perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang berhubungan dengan respon neurobiologist yang mal adaptif meliputi :
1.      Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas.
2.      Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3.      Menarik diri
4.      Pada keluarga : mengingkari

G.    Akibat dari Waham
Menurut Stuart Gail W ( 2007 ), akibat dari gangguan jiwa waham adalah: klien dengan waham dapat berakibat terjadinya risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai / membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
1.      Memperlihatkan permusuhan
2.      Mendekati orang lain dengan ancaman.
3.      Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4.      Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
5.      Mempunyai rencana untuk melukai

H.    Mekanisme atau Proses Terjadinya Masalah
Menurut, proses terjadinya waham disebabkan karena orang tersebut mengalami isolasi sosial yang akan mengakibatkaan seseorang akan mengalami waham dan apabila itu tidak cepat diatasi akan dapat mengakibatkan resiko mencederai diri/orang lain dan lingkungan. (Anna Budi, Kelliat.2006)

I.       Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :
1.      Psikofarmalogi
a.       Litium Karbonat
1)      Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak disahkan oleh “Food and Drug Administration” (FDA). Pada 1970 untuk mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang dilaporkan pada gangguan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa dengan efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar litium.
2)      Indikasi
Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
3)      Dosis
Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama.
Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L.
4)      Efek Samping
Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama pengobatan.
5)      Contoh obat
Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet controlled release.
6)      Mekanisme kerja
Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari reseptor dopamine.
b.      Haloperidol
1)      Farmakologi
Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
2)      Indikasi
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
3)      Dosis
a)      Dewasa
Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
Untuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat, kadang-kadang diperlukan dosis yang lebih tinggi. Pasien usia lanjut atau labil :1/2-2 mg, 2 atau 3 kali sehari. Pasien yang tetap menunjukkan gejala yang berat atau adekuat perlu disesuaikan dosisnya. Dosis harian sampai 100mg mungkin diperlukan pada kasus-kasus tertentu untuk mencapai respon optimal. Jarang sekali haloperidol diberikan dengan dosis diatas 100mg untuk pasien berat yang resisten.
b)      Anak-anak
Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3tahun. Pada anak-anak dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40kg). obat mulai diberikan dengan dosis terkecil (0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai tercapai efek terapi yang diinginkan. Dosis total dapat dibagi yaitu 2 atau 3 kali sehari.
Kelainan psikotik : 0,05-0,15mg/kg/hari.
1)      Efek samping
a)      Susunan saraf pusat
Gejala ekstrapiramidal, diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
b)      Kardivaskuler
Takikardi, hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia.
c)      Hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan.
d)     Hati : Gangguan fungsi hati
e)      Kulit
Makulopapular dan akneiform, dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia.
f)       Endokrin dan metabolic
Laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia.
g)      Saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah.
h)      Mata  : Penglihatan kabur
i)        Pernapasan  : Spasme laring dan bronkus.
j)        Saluran genitourinaria : Retensi urin.
2)      Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau penyakit hati berat, koma.
3)      Mekanisme kerja
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolism basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor dan emesis.
c.       Karbamazepin
1)      Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
2)      Indikasi
Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis :
a)      Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus temporalis) pasien dengan jenis kejang ini menunjukkan perbaikan yang lebih besar dibandingkan jenis yang lain.
b)      Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun kejang umum yang lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif diobati dengan karbamazepin.
c)      Neuralgia trigeminal
Karbamazepin diindikasikan untuk pengobatan nyeri akibat neuralgia trigeminal murni. Obat ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh diberikan untuk mengobati sakit/nyeri.
3)      Dosis
a)       Dewasa dan anak-anak : diatas 12tahun
Dosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari suspense (400mg sehari). Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000mg sehari pada anak usia 12-15 tahun dan 1200mg sehari pada diatas 15tahun.
b)   Anak usia 6-12tahun
Dosis awal : 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari. Untuk suspense (200mg sehari), umumnya dosis tidak melebihi 1000mg sehari.
c)       Neuorologi trigeminal
Dosis awal pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 hari untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari untuk suspense dengan dosis total 200mg x 1 hari. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 200mg sehari dengan peningkatan sebesar 100mg tiap 12jam untuk tablet /50mg (setengah sendok teh) 4x 1 hari untuk suspense, hanya jika diperlukan untuk obat nyeri. Jangan melebihi dosis 1200mgx 1 hari.
4)      Efek samping
Efek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan kardivaskular. Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi pada awal terapi adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah.
Contoh obat:
a)      Tegritol (ciba)
b)      Temporal (orion)
c)      Karbamazepin (generic)
5)      Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
6)      Mekanisme kerja
Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik, antidepresif dan antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada thalamus/menurunkan jumlah stimulasi temporal yang menyebabkan neural discharge dengan cara membatasi influks ion natrium yang menembus membran sel atau mekanisme lain yang belum diketahui, menstimulasi pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air, secara kimiawi terkait dengan antidepresan trisiklik.
2.      Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:
a.       Tentukan target symptom
b.      Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan
c.       Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang lama 4-6 minggu
d.      Hindari polifarmasi
e.       Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.
Contoh obat antipsikotik adalah:
a.       Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).
Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100mg.
Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.
Kerugian : harganya mahal
b.      Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg
Keuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan gejala positif.
Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip Parkinson, distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien), neuroleptic malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif untuk menghilangkan gejala negative.
3.      Penarikan diri high potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
4.      ECT tipe katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.
5.      Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar