BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkhioli, bronkhus,
dan trakhea oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan
oleh virus seperti Rhinovirus,
Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus parainfluenza,
dan coxsackie virus. Bronkitis juga dapat dijumpai pada anak yang sedang
menderita morbili, pertusis, dan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Penyebab
bronkhitis lainya bisa juga oleh bakteri seperti Staphyloccocus, Streptococcous, Pneumoccus, Haemophylus influenzae.
Selain itu bronkhitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan
jamur.
Bronkitis
adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat
ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang
memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru)
dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Bronchitis merupakan
produksi mucus tracheobronkial yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang
terjadi paling sedikit selama 3 bulan dalam waktu satu tahun atau lebih dari
dua tahun yang sevara terus menerus.
B. Etiologi
Terdapat
tiga jenis penyebab bronchitis yaitu:
a. Infeksi
Stafilokokus,
streptokokus, pnemokokus, haemophilus influenze
b.
Alergi
c.
Rangsangan
lingkungan
Misalnya :
asap rokok, asap pabrik, asap motor.
Bronchitis dapat juga karena komplikasi
kelainan patologik pada beberapa alat tubuh:
a. Penyakit jantung menahun
Yang disebabkan oleh
kelainan patologik pada katub miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkus
melemahkan daya tahan seingga infeksi bakyteri mudah sekali terjadi.
b. Infeksi sinus paralisis dan rongga mulut, area infeksi
merupakan sumber bakteri yang dapat
menyerang didind bronkus.
c. Dilatasi bronkus
Menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding bronkus sehingga infeksi
bakteri mudah terjadi.
d. Rokok
Dapat melumpuhkan bulu getar selaput lender bronkus sehinga drainase
lendir terganggu. Kumpulan lemdir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
C. Patofisiologi
Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entrée mulut dan hidung “dropplet infection” yang selanjutnya
akan menimbulkan viremia/bakteremia dan gejala atau reaksi tubuh untuk
melakukan perlawanan.Infeksi kronis atau iritasi bronkhus dapat menyebabkan bronkhitis. Kelenjar sekresi mukosa dari pohon trekeobronkhial menebal dan mengganggu diameter lumen jalan nafas.
A. Pengkajian
a)
Anamnesis
Keluhan
utama pada klien dengan bronkhitis meliputi batuk kering dengan sputrum
purulen,demam dengan suhu tubuh dapat mencapai >40o C, dan sesak
napas.
b)
Riwayat Penyakit Saat
Ini
Riwayat
penyakit saat ini pada klien dengan bronkhitis bervariasi tingkat keparaha dan
lamanya. Bermula dari gejala batuk – batuk saja hingga penyakit akut dengan
manifestasi klinis yang berat. Sebagai tanda – tanda terjadinya toksemia klien
dengan bronkhitis sering mengeluh malaise, demam, badan teras lemah, banyak
berkeringat, takikardia, dan takipnea. Sebagai tanda terjadinya iritasi,
keluhan yang didapatkan terdiri atas batuk, ekspektorasi/peningkatan produksi
sekret, dan ras sakit dibawah sternum. Penting ditanyakan oleh perawat mengenai
obat – obat yang telah atau biasa diminum oleh klien untuk mengurangi
keluhannya dan mengkaji kembali apakah obat – obat tersebut masih relevan untuk
dipakai kembali.
c)
Riwayat Penyakit Dahulu
Paada
pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali klien mengeluh pernah
mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas dan adnya riwayat alergi pada pernapasan
atas. Perawat memperhatikan mencatanya baik – baik.
Pengkajian
Psiko-sosio-spiritual
Pada
pengkajian psikologis klien dengan bronkhitis didapatkan sering mengalami
kecemasan sesuai dengan keluhan yang dialaminya dimana adanya keluhan baik
batuk, sesak napas, dan demam merupakan stresor penting yang menyebabkan klien
cemas. Perawat perlu memberikan dukungan moral dan memfasilitasi pemenuhan
informasi dengan tim medis untuk pemenuhan informasi menganai prognosis
penyakit dari klien.
Kaji
pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama, cara
kerja, frekuensi, efek samping dan tanda – tanda terjadinya kelebihan dosis).
Pengobatan nonfarmatologi (nonmedicinal
interventions) seperti olahraga secara teratur serta mencegah kontak dengan
alergen atau iritan (jika diketahui penyebab alergi), sistem pendukung (support system), kemauan, dan tingkat
pengetahuan keluarga.
d) Pemeriksaan
Fisik
Keadaan
Umum dan Tanda – tanda Vital
Hasil
pemeriksaan tanda – tanda vital pada klien dengan bronkhitis biasanya
didapatkan adanya peningkatan suhu tbuh lebih dari 40o C, frekuensi
napas meningkat dari frekuensi normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, serta biasanya tidak ada
masalah dengan tekanan darah.
B1
(Breathing)
Inspeksi
Klien
biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya
menggunakan
otot bantu pernapasan. Pada kasus bronkhitis kronis, sering didapatkan bentuk
dada barrel/tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya
menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen
berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
Palpasi
Taktil
fremitus biasanya normal.
Perkusi
Hasil
pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
Jika
abses terisi penuh dengan cairan pus akiba drainase yang buruk, maka suara
napas melemah.
Jika
bronkhus paten dan drainasenyabaik ditambah asnya konsildasi di sekitar abses,
maka akan terdengar suara napas bronkhial dan ronkhi basah.
B2
(Blood)
Sering
didapatkan adnya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi. Tekanan
darah
biasnya
normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak
mengalami pergeseran.
B3
(Brain)
Tingkat
kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit
yang serius.
B4
(Bladder)
Pengukuran
volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan. Oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal
dari syok.
B5
(Bowel)
Klien
biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan.
B6
(Bone)
Kelemahan
dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari – hari.
e)
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
Radiologis
Pemeriksaan
foto posterio-anterior dilakukan untuk menilai derajad progresivitas penyakit
yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif manahun.
Pemeriksaan
Laboratorium
Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan
eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperksa secara
makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberkolusis paru.
B. Diagnosa keperawatan
a) Ketidakefektifan
bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,
kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeal.
b) Hipertermi
yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sekunder dari
bakteremia/viremia.
c) Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan
metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.
d) Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik umum.
e) Cemas
yang berhubungan dengan kondisi sakit, prognosis penyakit yang berat.
f) Kurangnya
pemenuhan informasi yang berhubungan dengan ketidakjelasan sumber informasi.
C. Intervensi
Rencana
intervensi yang dilakukan perawat pada klien dengan bronkhitis bertujuan agar :
1.
Kembali efektifnya
bersihan jalan napas.
2.
Suhu tubuh kembali ke
batas nomal.
3.
Terpenuhinya kebutuhan
aktivitas sehari – hari.
4.
Terpenuhinya intake
nutrisi secara adekuat.
5.
Menurunnya timgkat
kecemasan klien.
6.
Terpenuhinya informasi
yang diperlukan klien.
D. Implementasi
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
Monitor status suhu tubuh secara
periodik.
Berikan kompres dingin di area
kepala dan lipat ketiak.
|
Mengidentifikasi kemajuan atau
penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
|
Berikan perawatan mulut tiap 4
jam jika sputum berbau busuk.
Pertahankan kesegaran ruangan.
|
Bau yang tidak menyenagakan dapat
mempengaruhi nafsu makan.
|
Rujuk kepada ahli diet untuk
membantu memilih makanan yang dapat memenuhi gizi selama demam.
|
Ahli diet ialah spesialisasi
dalam ilmu gizi yang dapat membantu klien memenuhi kebutuhan kalori dan
kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, dan berat
badannya.
|
Dukung klien untuk mengkonsumsi
makanan tinggi kalori tinggi protein.
|
Peningkatan suhu tubuh
meningkatkan metabolisme, intake, protein, vitamin, mineral, dan kalori yang
adekuat penting untuk aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.
|
Berikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering dan mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.
|
Makan an porsi sedikit tapi
sering yan memerlukan lebih sedikit energi.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar