Rabu, 23 Mei 2012

askep bronkitis


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi
Bronkhitis  adalah suatu peradangan bronkhioli, bronkhus, dan trakhea oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus. Bronkitis juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbili, pertusis, dan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Penyebab bronkhitis lainya bisa juga oleh bakteri seperti Staphyloccocus, Streptococcous, Pneumoccus, Haemophylus influenzae. Selain itu bronkhitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur.
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Bronchitis merupakan produksi mucus tracheobronkial yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang terjadi paling sedikit selama 3 bulan dalam waktu satu tahun atau lebih dari dua tahun yang sevara terus menerus.

B.   Etiologi
Terdapat tiga jenis penyebab bronchitis yaitu:
a.    Infeksi
Stafilokokus, streptokokus, pnemokokus, haemophilus influenze
b.    Alergi
c.    Rangsangan lingkungan
Misalnya : asap rokok, asap pabrik, asap motor.
     Bronchitis dapat juga karena komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh:
a.    Penyakit jantung menahun
Yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katub miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkus melemahkan daya tahan seingga infeksi bakyteri mudah sekali terjadi.
b.    Infeksi sinus paralisis dan rongga mulut, area infeksi
          merupakan sumber bakteri yang dapat menyerang didind bronkus.
c.    Dilatasi bronkus
Menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding bronkus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d.   Rokok
Dapat melumpuhkan bulu getar selaput lender bronkus sehinga drainase lendir terganggu. Kumpulan lemdir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

C.  Patofisiologi
         Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entrée mulut dan hidung “dropplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakteremia dan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.
         Infeksi kronis atau iritasi bronkhus dapat menyebabkan bronkhitis. Kelenjar sekresi mukosa dari pohon trekeobronkhial menebal dan mengganggu diameter lumen jalan nafas.


A.  Pengkajian
a)         Anamnesis
Keluhan utama pada klien dengan bronkhitis meliputi batuk kering dengan sputrum purulen,demam dengan suhu tubuh dapat mencapai >40o C, dan sesak napas.
b)        Riwayat Penyakit Saat Ini
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkhitis bervariasi tingkat keparaha dan lamanya. Bermula dari gejala batuk – batuk saja hingga penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat. Sebagai tanda – tanda terjadinya toksemia klien dengan bronkhitis sering mengeluh malaise, demam, badan teras lemah, banyak berkeringat, takikardia, dan takipnea. Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan terdiri atas batuk, ekspektorasi/peningkatan produksi sekret, dan ras sakit dibawah sternum. Penting ditanyakan oleh perawat mengenai obat – obat yang telah atau biasa diminum oleh klien untuk mengurangi keluhannya dan mengkaji kembali apakah obat – obat tersebut masih relevan untuk dipakai kembali.
c)        Riwayat Penyakit Dahulu
Paada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali klien mengeluh pernah mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas dan adnya riwayat alergi pada pernapasan atas. Perawat memperhatikan mencatanya baik – baik.
Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pada pengkajian psikologis klien dengan bronkhitis didapatkan sering mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang dialaminya dimana adanya keluhan baik batuk, sesak napas, dan demam merupakan stresor penting yang menyebabkan klien cemas. Perawat perlu memberikan dukungan moral dan memfasilitasi pemenuhan informasi dengan tim medis untuk pemenuhan informasi menganai prognosis penyakit dari klien.
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama, cara kerja, frekuensi, efek samping dan tanda – tanda terjadinya kelebihan dosis). Pengobatan nonfarmatologi (nonmedicinal interventions) seperti olahraga secara teratur serta mencegah kontak dengan alergen atau iritan (jika diketahui penyebab alergi), sistem pendukung (support system), kemauan, dan tingkat pengetahuan keluarga.
d)       Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda – tanda Vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital pada klien dengan bronkhitis biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu tbuh lebih dari 40o C, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, serta biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah.
B1 (Breathing)
Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronkhitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
Palpasi
Taktil fremitus biasanya normal.
Perkusi
Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akiba drainase yang buruk, maka suara napas melemah.
Jika bronkhus paten dan drainasenyabaik ditambah asnya konsildasi di sekitar abses, maka akan terdengar suara napas bronkhial dan ronkhi basah.
B2 (Blood)
Sering didapatkan adnya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi. Tekanan darah
biasnya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
B3 (Brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang serius.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.
B5 (Bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari – hari.
e)        Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto posterio-anterior dilakukan untuk menilai derajad progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif manahun.
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberkolusis paru.

B.  Diagnosa keperawatan
a)    Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeal.
b)   Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sekunder dari bakteremia/viremia.
c)    Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.
d)   Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik umum.
e)    Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit, prognosis penyakit yang berat.
f)    Kurangnya pemenuhan informasi yang berhubungan dengan ketidakjelasan sumber informasi.

C.  Intervensi
Rencana intervensi yang dilakukan perawat pada klien dengan bronkhitis bertujuan agar :
1.         Kembali efektifnya bersihan jalan napas.
2.         Suhu tubuh kembali ke batas nomal.
3.         Terpenuhinya kebutuhan aktivitas sehari – hari.
4.         Terpenuhinya intake nutrisi secara adekuat.
5.         Menurunnya timgkat kecemasan klien.
6.         Terpenuhinya informasi yang diperlukan klien.

D.  Implementasi
Rencana Tindakan
Rasional
Monitor status suhu tubuh secara periodik.
Berikan kompres dingin di area kepala dan lipat ketiak.
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum berbau busuk.
Pertahankan kesegaran ruangan.
Bau yang tidak menyenagakan dapat mempengaruhi nafsu makan.
Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi gizi selama demam.
Ahli diet ialah spesialisasi dalam ilmu gizi yang dapat membantu klien memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, dan berat badannya.
Dukung klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein.
Peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolisme, intake, protein, vitamin, mineral, dan kalori yang adekuat penting untuk aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.
Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dan mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.
Makan an porsi sedikit tapi sering yan memerlukan lebih sedikit energi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar