Rabu, 23 Mei 2012

dermatitis

 
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Dermatitis merupakan epidermo-dermatitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tanpa inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat-saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis. ( Mansjoer, 2000 )
Dermatitis atopik ( DA ) adalah gangguan radang kulit yang ditandai dengan eritema, edema,gatal berat, eksudasi, pengerasan kulit dan sisik. Pada stadium akut, ada vesikulasi (spongiosis) secara genetik. Selanjutnya bayi dengan dermatitis atopik cenderung akan mengalami rhinitis alergika dan asma. ( Zulfikli Thamrin, 2007 )
Dermatitis atopik ( DA ) dapat disebut juga eksema konstitusional, ekzema fleksural, neur dermatits diseminata, prurigo besnier. ( Mansjoer, 2000 )
Menurut Mansjoer, 2002 subyektif selalu terdapat pruritus, terdiri atas 3 bentuk yaitu :
  1. Bentuk Infantil ( 2 bulan-2 tahun)
Terdapat eritema berbatas tegas, dapat disertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar, yang menjadi erosit, eksudatif dan berkrusta. Tempat predileksi kedua pipi, ekstremitas bawah bagian fleksor dan ekstensor.
  1. Bentuk anak ( 3 -10 tahun )
Pada anamnesis dapat didahului bentuk infantil. Lesi tidak eksudatif lagi, sering disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi dan hipopigmentasi. Tempat predileksi tengkuk, fleksorkubital dan fleksorpopliteal.
  1. Bentuk dewasa ( 13 – 30 tahun )
Pada anamnesis terdapat bentuk infantil dan bentuk anak. Lesi selalu kering dan dapat disertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Tempat predileksi tengkuk serta daerah fleksor kubita dan fleksorpopliteal. Kelainan lain yang mungkin terlihat pada dermatitis atopik antara lain :
a.       Keratosis pilaris, garis-garis lekuk limpraorbita.
b.      Bulu alis mata bagian lateral menipis/menghilang
c.       Kulit infraorbita berwarna lebih gelap.
d.      Telapak tangan menebal dan timbul fisura kadang-kadang ditemukan kelainan kuku, pembesaran kelenjar getah bening.
B.     Etiologi
Menurut Manjoer, 2000 terdapat stigmata atopi ( herediter ) pada pasien berupa :
  1. Rinitis allergik asma bronkhikial high fever
  2. Alergi terhadap berbagai alergen protein .
  3. Pada kulit dermatitis atopik dermografisme putih dan kecenderungan timbul urtikaria (bilur dan merah).
  4. Reaksi menurun terhadap perubahan suhu dan ketegangan (stress).
  5. Resitensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri.
  6. Lebih sensitif terhadap serum dan obat.
C.    Tanda dan gejala
Tanda Mayor
Tanda Minor

1. Gatal / Pruritus
2. Morfologi dan distribusi khas:
a.       Likenifikasi daerah fleksor
b.      Keterlibatan daerah wajah dan ekstensor pada bayi dan anak.
3. Perjalanan kronik atau yang kambuh secara kronik
4. Riwayat pribadi atau keluarga atopi.


1.   Serosis
2.   Iktiosis/hiperlinearitas telapak tangan
3.   Reaktivitas uji kulit ( tipe I ) segera
4.   Kenaikan serum IgE
5.   Timbul pada usia dini
6.   Kecenderungan mendapat infeksi kulit akibat gangguan imunitas seluler
7.   Kecenderungan mendapat dermatitis non spesifik pada tangan dan kaki
8.   Eksema pada putting susu
9.   Kelitis
10.  Konjungtivitis berulang
11.  Keratokonus
12.  Katarak subkapsuler anterior
13.  Penggelapan orbita
14.  Muka pucat/eritema muka
15.  Pitiriasis alba
16.  Gatal bila berkeringat
17.  Intoleransi terhadap pelarut wol dan lipid
18.  Hipersensitivitas makanan
19.  Intoleransi makanan
20.  Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan / emosi
21.  Dermografisme putih / delayed blanch / pemucatan tertunda  
Menurut Zulkiflithamrin, 2007 penentuan gradasi berat-ringannya dermatitis atopik dapat mempergunakan kriteria Rajka dan Langeland sebagaimana tabel berikut :

1.      Luasnya lesi kulit


a.   fase anak/dewasa


< 9% luas tubuh 1


9-36% luas tubuh 2


> 36 % luas tubuh3


b.   fase infantil


< 18% luas tubuh 1


18-54% luas tubuh 2


> 54% luas tubuh 3


2.      Perjalanan penyakit


a.       remisi > 3 bulan/tahun 1


b.      remisi < 3 bulan/tahun 2


c.       Kambuhan 3


3.      Intensitas penyakit


a.    gatal ringan, gangguan tidur + 1


b.   gatal sedang, gangguan tidur + 2


c.    gatal berat, gangguan tidur + 3








Penilaian skor
  • 3-4 : ringan
  • 5-7 : sedang
  •  8-9 : berat

D.    Patofisiologi
Dibandingkan dengan kulit normal, kekeringan kulit pada dermatitis atopik karena ada penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air. Pada bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit, menjadi lebih gatal. Gosokan dan luka garukan dari kulit karena gatal merupakan respon dari beberapa keluhan kulit di klinik. ( Corwin, 1997 )
Menurut Price, 2000 dermatitis atopik adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit (epidermis) yang menyebabkan rasa gatal dan eritema .Dermatitis atopik sering ditandai dengan edema dan infiltrasi sel mononuclear dan eosinofil serta penimbunan cairan dalam kulit (vesikel). Vesikel akan bertambah dan pecah jika tidak segera ditangani sehingga menimbulkan krusta dan kulit bersisik yang menghambat pengeluaran keringat dan retensi keringat, sehingga kulit menjadi panas. Kulit yang panas menimbulkan gatal-gatal yang berat (pruritis), sekresi kelenjar sebasea berkurang, dan ambang rangsang pruritis yang rendah sehingga menimbulkan likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-garis kulit lebih nyata) ditempat-tempat predileksi

E.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE
2.      Dermatografisme putih penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan tiga respons , yakni berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik, warna merah disekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesuah beberapa menit. Penggoresan pada pasien atopik akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi kepucatan selama 2-5 menit, edema tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatografisme putih.
3.      Percobaan asetilkolin. Suntikan secara IC 1/5000 akan menyebabkan hiperemi pada orang normal. Pada orang dengan dermatitis atopik akan timbul vasokonstriksi, terlihat kepucatan selama 1 jam.
4.      Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritema akan berkurang dibandingkan dengan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral tampak eritema pada kulit normal.
( Mansjoer, 2000 )
F.     Komplikasi
Menurut Smeltzer, 2002 komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan dermatitis atopi yaitu alergi saluran napas dan infeksi kulit oleh kuman sthapylococcus aureus dan virus Herpes Simplex.
G.    Penatalaksanaan
1.     Mandikan si kecil 2 kali sehari dengan air dingin, gunakan sabun yang mengandung pelembab. Setelah mandi dan dikeringkan segera oleskan obat topikal 2 kali sehari pada kelainan kulitnya.
2.     Supaya kulit tak menjadi kering, oleskan pelembab 2 kali sehari sehabis mandi. Walaupun kulit sudah sembuh, pemakaian pelembab tetap dianjurkan untuk mengatasi kekeringan pada kulit.
3.     Hindari faktor pencetus
4.     Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal.
5.     Antihistamin (difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa gatal, terutama dengan efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari.
             ( Smeltzer, 2002)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar