Kamis, 24 Mei 2012

Menarik diri


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Definisi
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. (Twondsend, 1998)
Menarik diri merupakkan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Palwin, 1993 dikutip Budi Keliat, 2001)
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

B.   Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari – hari terabaikan.
Gangguan jiwa menarik diri juga dapat disebabkan oleh :
1.      Perkembangan
Sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
2.      Komunikasi dalam kenuarga
Klien sering mengalami kecemasan dalam berhubungan dengan anggota keluarga, sering menjadi kambing hitam, sikap keluarga tidak konsisten (kadang boleh, kadang tidak). Situasi ini membuat klien tidak mau untuk berkomunikasi dengan orang lain.
3.      Sosial budaya
Di kota – kota besar masing – masing individu sibuk memperjungkan hidup sehingga tidak ada waktu untuk bersosialisasi. Situasi ini mendukung untuk menarik diri.
Pada mulanya klien merasa dirinya sudah tidak bahagia lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehsngstsn emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya menjadi kaku (rigid). Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan lingkungnnya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga disebabkan karena perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak. Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).

4.      Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor prndukung gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian, pada kembar monozigot apabila salah satu diantaranya menderita skizoprenia adalah 58%, sedangkan pada kembar dizigot presentasinya 8%. Kelainan pada struktur otak, atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik diduga dapat menyebabkan skiziprenia.
5.      Stresor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhungan dengan orang lain.

C.   Rentang Respon Sosial
Dalam membina hubungan sosial individu berada dalam  rentang respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yabg dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam  menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya setempat. (Stuart dan Sundden, 1998 )


 
Respon Adaptif                                                                       Respon Maladaptif


 
1.    Solitude                                          1. Kesepian                             1. Manipulasi
2.    Otonomi                                         2. Menarik diri                        2. Impulsif
3.    Bekerjasama                                   3. Keterganntungan                3. Narcisism
4.    Saling ketergantungan
Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang unruk merenungkan apa yang telah dibutuhkan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Otonomi merupakan kemampuan individu intuk menentukan dan menyampaikan ide – ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Bekerjasama adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima. Saling tergantung merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan membina hubungan dengan orang lain. Ketergantungan (dependen) terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk sukses. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai obyek, tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain.

D.   Manifestasi Klinis
1.      Menyendiri dalam ruangan.
2.      Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata.

E.    Akibat dari Menarik Diri
1.      Sedih, afek datar.
2.      Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.
3.      Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna.
4.      Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.
5.      Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya.
6.      Menggunakan kata – kata simbolik (neologisme).
7.      Menggunakan kata yang tak berarti.
8.      Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara.
9.      Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri.
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakita adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal.( Budi Anna Keliat, 1999)
Gejala Klinis :
1.      bicara, senyum dan tertawa sendiri
2.      menarik diri dan menghindar dari orang lain
3.      tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata
4.      tidak dapat memusatkan perhatian
5.      curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6.      ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
F.    TERAPI
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

G.   POHON MASALAH
( Budi Anna Keliat, 1999)


Resiko Perubahan Sensori-persepsi : Halusinasi


 


 Isolasi sosial : menarik diri Core Problem
                                                                                    gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis

Ketidakefektifan koping keluarga : ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar